Kamis, 29 November 2012

Terpesona Tangkasi Yang Imut-Imut

     Aku melihat dan mengenal Tangkasi secara langsung masih di kawasan Taman Wisata Tangkoko,Batu Putih.Tentu di hari dan tanggal yang sama ketika melihat dan mengamati ala kadarnya prilaku Yaki.Taman Wisata Alam Batu Putih ini memiliki luas 615 ha.Dengan adanya SK Menteri Pertanian No.1049/Kpts/Um/12/81,tanggal 24 Desember 1981.
     Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus adalah cagar alam yang terletak di kecamatan Bitung Utara,Kota Bitung,Sulawesi Utara.Cagar alam diketahui  seluas 8.745 hektar ini merupakan kawasan perlindungan Monyet Hitam (Yaki) dan Tarsius.Di dalam areal ini juga terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman Wisata Alam Batuangus.
     Cagar alam ini,dari geografisnya terletak di antara 125 derajat 3'-125 derajat 15' BT dan 1 derajat 30'-1 derajat 34' LU,berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Duasudara.Gunung tersebut berdampingan letaknya seperti kembar.
     Kawasan cagar alam ini di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam.Ini dapat terlihat di plang terbuat dari papan kalau kita ingin memasuki lokasinya.Saat aku berkunjung ke sana plang tersebut berwarna hijau tua dengan tulisan putih.Kawasan Tangkoko pertama kali ditetapkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai hutan lindung pada tahun 1919 berdasarkan GB 21/2/1919 dan diperluas pada tahun 1978 dengan ditetapkannya Cagar Alam Duasudara (4.299 hektar) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.700/Kpts/Um/11/78 tanggal 24 Desember 1981,Surat Keputusan Menteri Pertanian No.1049/Kpts//Um/12/81 menetapkan kawasan ini sebagai Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus.Surat keputusan yang sama menetapkan kawasan ini seluas 635 hektar diantara Cagar Alam Tangkoko dan Desa Pinangunian sebagai Taman Wisata Alam Batuangus.
     Sekitar pukul 11.00 wita,aku,Endha dan Ahmadi beranjak untuk melihat Tarsius.Kali ini Ahmadi yang menjadi penunjuk jalan menuju kediaman Tarsius.Menurutnya,pada saat begini Tarsius suka berada di rumahnya.Karena hewan ini bila siang berada di rumah,malam hari dihabiskan untuk berburu.Cukup jauh juga kami berjalan.Memasuki kawasan hutan yang makin rimbun.Namun karena suasana yang tenang,sejuk tidak menjadikan perjalanan kami terasa melelahkan.Hingga akhirnya kami menemukan sebuah pohon Beringin yang cukup tinggi dan tua.Kelihatan dari kokohnya dan lilitan sulur yang menghiasi di permukaan luarnya.Tampak bertonjolan.


 
     Ketika kami melongok ke dalamnya,sesaat hanya tampak kegelapan.Ternyata Beringin tersebut memiliki rongga cukup luas,juga memiliki sulur yang kuat,membentuk batang atau dahan seperti di pohonan.Sehingga hewan yang ada di dalamnya bisa bertengger nyaman.Ahmadi sempat mengungkapkan bahwa dia tidak membawa senter.Bertanya padaku dan Endha,"Apakah kami ada membawa senter?" Bagaimana aku bisa membawa senter,rencana ke Tangkoko tidak ada terlintas dalam agenda perjalananku ke Manado.Hanya ingin ke Taman Laut Bunaken.
     Mendadak saja Endha menawarkan jalan ke Taman Wisata Alam ini yang terkenal dengan karang-karang berserakan di Pantai Batu Putih.Dengan pasir hitamnya membentang,kebanyakan tertutup karang-karang yang terdampar.Tawaran itu terulur ketika kami berbincang mengisi waktu selama di angkutan umum kala kami menuju Taman Laut Bunaken.Endha mengatakan,ke Manado kenapa hanya satu hari saja.Bagaimana kalau singgah juga ke Tangkoko.Ya,sudah aku sambut uluran tawarannya itu.Menautkan kaki ke sana.Selama tidak melewati batas waktu libur sekolah dan tentu saja sesuai jatah anggaran.
     Setelah membiasakan melihat kegelapan di rongga Beringin,akhirnya,aku bisa melihat Tarsius dengan bantuan arahan dari Endha dan Ahmadi.Persis dua ekor sedang bercengkrama di jalinan batang yang terdapat di dalamnya.Aku takjub,saat mata ini bisa melihat sosoknya yang memang imut-imut.Dengan mata bulatnya ia memandangiku.Bisa ku mengerti mengapa ia tidak takut menatap kami karena matanya ketika siang hari tidak begitu berfungsi.Sebab Tarsius hewan yang aktif di malam hari.Atau disebut juga pemburu malam.
     Berdasarkan data yang ku kutip,Tangkasi atau Togu,nama khas yang diberikan penduduk setempat atau dikenal bahasa lokalnya,merupakan primata dari genus Tarsius.Suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae,yaitu satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.Walaupun grup ini dahulunya memiliki penyebaran yang luas namun spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau-pulau Asia Tenggara.Tangkasi ini dikenal juga dengan julukan Tarsius tarsier atau binatang hantu,kera hantu,monyet hantu.Hal ini disebabkan kebiasaannya menghabiskan waktu sepanjang malam dengan ciri khas suaranya yang melengking tinggi.Lengkingan khas hewan ini,seperti tak sebanding dengan ukuran tubuhnya yang mungil.Namun itulah keunikan lain dari Tangkasi.
     Tarsius juga jenis primata kecil,memiliki tubuh mungil,dengan berat 100 gram lebih sedikit.Berbulu kelabu,coklat abu-abu,coklat muda atau kuning jingga muda.Dan bulunya sangat lembut seperti beludru.Uniknya meski tubuhnya kecil tetapi bermata besar dengan telinga menghadap ke depan,memiliki bentuk yang lebar.Tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm,berukuran sebesar keseluruhan otaknya.Mata ini dapat dipergunakannya melihat dengan tajam dalam kegelapan.Sebaliknya Tarsius hampir tidak bisa melihat pada siang hari.Dan kepala hewan ini dapat memutar 180 derajat,baik ke arah kanan,ke kiri seperti Burung Hantu.Telinganya juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.Selain itu,telinganya sangat sensitif dan terus bergerak sendiri-sendiri.
   Nama Tarsius di ambil karena ciri fisik tubuhnya yang istimewa,yaitu tulang tarsal yang memanjang,membentuk pergelangan kaki mereka sehingga hewan ini dapat melompat sejauh 3 meter atau hampir 10 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya.Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm.Namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini.Tarsius juga memiliki ekor panjang,tidak berbulu,kecuali bagian ujungnya.Ekornya tampak ramping dengan panjang 20 hingga 25 cm.Jari-jari ini memiliki tulang menonjol pada batas tengah jari,layaknya jari manusia.Di ujung jarinya juga terdapat kuku,sedangkan pada jari ke dua dan ke tiga dari kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuhnya.
     Tarsius dikenal pula sebagai makhluk noktural,yaitu hewan yang melakukan aktivitasnya pada malam hari dan tidur di siang hari.Karena itu,Tarsius hobinya kelayapan di malam hari.Hewan ini suka berburu serangga (insektivora),seperti Kecoa,Jangkrik dan kadang-kadang reptil kecil,Burung juga Kelelawar.Hal ini didukung dengan keadaan Tarsius yang tidak mempunyai sisir gigi.Pun susunan giginya juga unik,yaitu setajam jarum.
 
     Menurut para ahli Biologi,mengklasifikasikan Tangkasi kira-kira seperti antara Monyet dan Prosimian suatu kelompok primata lain,terutama aktif malam hari.Termasuk Bush-Baby dari Afrika dan Lemur dari Madagaskar.Satwa yang dianggap primata primitif ini dapat dijumpai di kedua sisi garis Wallacea.Garis maya yang merupakan batasan bagi persebaran fauna Eurasia dan fauna Australia.Di duga Tarsius sudah bermukim di kawasan tersebut sejak 40 juta tahun lalu.Sementara Tangkasi,Tarsius Spectrum hanya dapat di temui di Sulawesi dan pulau-pulau kecil di dekatnya.
   Tepatnya habitat hewan ini adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan.Juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu,Selayar dan Peleng.Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,Sulawesi Selatan,Tarsius lebih di kenal masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok".Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon loh.Terkadang keluarga Tangkasi memilih jenis pohon Kayu Telur (Alstonia) sebagai tempat tidurnya.Tarsius pun menandai pohon daerah teritorinya dengan urine.Hewan ini berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon.Bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon.Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah,hewan ini melompat ketika berada di tanah.
     Tarsius memiliki kemiripan suara,seperti Burung.Dengan kebiasaan saling memanggil antara Tarsius jantan dan betina.Para peneliti menyebut kebiasaan itu,duet call.Duet call tersebut sebagai pemberi tanda sepasang Tarsius serta anak-anaknya sebelum masuk ke tempat tinggalnya selayak memberi kode gitu loh.Tarsius,sejenis primata yang sangat setia pada pasangannya.Oleh sebab itu,setiap kali pulang ke lokasi tidurnya,mereka senantiasa memanggil untuk memastikan jika pasangannya sudah pulang.Biasanya tradisi duet call ini terjadi setiap pagi,dilakukan pasangan monogami keluarga Tarsius.
     Aku bersyukur padaNya,memberikan diri kesempatan melihat dan mengenal endemik lain yang banyak tersebar di tanah air.Bahkan Endha dan Ahmadi mengatakan ini keberuntungan bagiku bisa melihat Tarsius.Tanpa rencana dan dengan waktu begitu sempit.Tanpa harus menginap di kawasan Tarsius berada.Ketika kami tiba kembali di sekretariat KMPA (Kelompok Muda Pencinta Alam) Tunas Hijau Manado,Nona dan Maudy mengomentari kedatangan kami.Mengungkapkan padaku bahwa itu suatu keberuntungan padaku,bisa melihat langsung Tarsius.Karena banyak juga pengunjung yang menunggu,menginap berhari-hari tapi tidak bisa melihat hewan langka ini.Mereka juga melihat-lihat Nikon digitalku,foto-foto yang kami abadikan sebagai dokumentasi perjalananku.
     Sebagai oleh-oleh aku membeli gantungan kunci Tarsius,terbuat dari bahan batok Kelapa.Juga kartu pos Tarsius di Manado.Akhirnya gantungan kunci dan kartu pos itu aku hadiahkan pada seorang rekan setelah aku tiba kembali di Lubuk Pakam.(Setia ya sama pasangan hidupmu yooo...gitu ngkali pesan tersiratku  hahaha).Bagiku Tarsius ini hewan yang setia pada pasangannya loh.Kini di Tangkoko populasi Tangkasi mencapai kepadatan 82 ekor per kilometer persegi.Hal ini berdasarkan catatan Margareth F.Kinnaird,seorang peneliti WCS.Yang sempat melakukan penelitian panjang di Tangkoko.Meski jarang keluar dari kawasan hutan lindung,satwa ini termasuk kategori hewan hampir punah.Lantaran hidupnya selalu di buru dan habitatnya pun terancam rusak.
    
    


        


    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar