Selasa, 06 November 2012

Menapak Jejak di Kilometer Nol

 
          Liburan lagi euy.Jejak langkah kaki pun tiba pula di Aceh.Rencana sih ingin melihat Masjid Raya Banda Aceh,perahu yang menyangkut di atap rumah penduduk di desa Lampulo,kapal PLTD Apung I yang terdampar di kampung warga,Museum Tsunami,Makam Massal Tsunami,Museum Aceh,Pantai Lampuuk dan memandang pemandangan indah Pantai Iboih.Serta tak lupa menapakkan kaki di Tugu Kilometernya Indonesia,yaitu di Sabang.
          Kebersamaan pada liburan ini terjalin bersama seorang sahabat belia,Die.Tanggal,7 Juli 2010 kami pun berangkat.Namun sebelumnya kami harus ke Medan dulu,tepatnya di loket bus,di dekat jalan Gajah Mada.Lalu kami di transit dengan mobil menuju terminal Kurnia,di daerah Kampung Lalang.Baru selanjutnya kami benar-benar menuju Banda Aceh dengan menggunakan jasa Kurnia.Tentunya setelah melapor untuk keberangkatan kami sesuai waktu yang tertulis di karcis bus,pukul 19.30 wib.Perjalanan akan kami tempuh semalaman.Syukurlah busnya oke banget.Ya iyalah...bus AC sih.Bukan ekonomi.
          8 Juli 2010,kami tiba di Banda Aceh.Suasana masih pagi.Begitu pun matahari sudah memendar cerah.Di antara awan-awan putih bersanding langit membiru.Maklumlah,aku ini pengagum awan dan bintang.Jadi,jangan heran jika ke mana kaki berjalan yang pertama ku pandang tetap saja awannya.Hmm...seraya menunggu teman cewek Die,yang sedang kuliah di Banda,kami pun memasuki kompleks Masjid Rayanya.Sekalian istirahat sejenak,sikat gigi,basuh-basuh wajah dan ganti busana.Sebelumnya kami sih bercelana panjang.Yup...demi menghargai budaya Serambi Mekah ini kami pun menggantinya dengan memakai rok.Iya sih,di sini peraturannya,kalau perempuan wajib mengenakan rok dan jilbab.Kalau jilbab,alhamdulillah itu memang sudah menjadi busana sehari-hariku.Ada petugas khususnya loh,keliling juga.Kayak polwan gitu.Kan nggak lucu aja kalau kita pendatang di kejar-kejar petugas karena nggak patuh peraturan.Kan ada pepatahnya tuh...Di mana bumi di pijak di situ langit di junjung.
          Akhirnya,muncul juga seorang cewek berjilbab dengan mengendarai  motor,menemui Die.Tak lupa aku mengabadikan moment pertemuan mereka dengan Nikon D3000 ku.Eh,iya selama ini Die dan temannya itu,saling kenal dan berkomunikasi via face book.Dari dia juga kami pastikan informasi untuk menjejak kaki di Sabang.
          Pukul 09.45 wib,kami pun menuju pelabuhan Ulee Lheue-Balohan dengan tiket Rp.17.000 per orang.Selanjutnya naik bus mini bertarif Rp.50.000 hingga tiba di tempat yang ingin di tuju.Dan kami meminta di turunkan di penginapan yang terletak di kawasan Pantai Iboih.Kami memilih penginapan berpanggung kayu dengan dua kamar.Tapi kami tetap aja tidur sekamar hehehe...apalagi kamarnya ada yang masing-masing tempat tidurnya,3 kaki.Itulah pilihan kami.Wah,masih pake kelambu loh seperti jaman nenek moyang.
###
          Esoknya,9 Juli 2010,kami pun mewujudkan rencana hati untuk mengunjungi Tugu Kilometer Nol Indonesia yang terletak di ujung pulau Sumatera.Jarak yang kami tempuh 8 km dari simpang lokasi penginapan.O iya,kami menginap di perkampungan Tepin Layeu,berjarak 100 m dari jalan lintas di depan simpangnya.Karena jarak yang cukup lumayan jauh serta jalanan pun menikung mengikuti keloknya,kami bertekad menapak jejak di Tugu dengan mengendarai motor saja.Sekalian bisa puas memandang panorama di kanan kiri jalanan.Atau berhenti di mana hati ini mau,sekedar untuk mengambil foto.
          Kami pun menyewa motor dari penduduk yang memang profesinya sebagai rental motor untuk para turis.Kalau ini sih Die yang bakalan mau jadi supirnya.Disebabkan aku nggak cukup tertarik naik motor sebagai supir.Hahaha...perasaan masih hidup di jaman batu sih.Atau cinta banget ama lingkungan ya.Hihihi...
          Lebih kurang 1 jam perjalanan kami pun berhasil menemukan Tugu Kilometer Nolnya Indonesia ini.Gimana nggak,abisnya selama perjalanan sunyi juga.Cuma satu dua orang-orang melintas naik motor di jalanan.Bikin kami melambung dalam khayal kedamaian nan hening.Berhenti kala mata dan hati sepakat untuk mengabadikan objek alam yang memikat.Di tambah kenyataan ternyata di sana juga masih ada hutan alaminya loh.Jadi,kami nggak kaget kalau di jalan melihat ular melintas.Biawak menyeberang.Bahkan kawanan monyet atau lutung bergerombol sepanjang jalan di dekat area Tugu.Malah asyik bercengkrama di depan warung yang satu-satunya ada di sana.Yah...jepret-jepret aja lah.Modelnya ya si kawanan monyet.
          Begitu juga kondisi fisik rute yang kami tempuh,masih ada tanjakan,turunan dan kelok.Rumah-rumah masih satu dua dan berjauhan letaknya.Tak tampak bangunan apa pun di kanan kiri selain rimba pohonan hijau.Lebar jalanan pun cukup untuk dua kendaraan saja.Pun,Die yang nyupir jadi kami santai banget,kayak Sabang dan waktu yang ada milik kami berdua.Nilai lebih,jalanan sudah di aspal mulus kok.
          Setelah memarkir motor,basa-basi dengan pemilik warung mengenai keberadaan Tugu,kami sejenak istirahat.Seraya minum teh hangat dan Indomie gelas (nggak ada menu lain yang mengenyangkan perut nih).Atau selingan jajanan ringan lain.Dan lagi-lagi kami ini jadi perhatian para monyet.Walah...kasian banget ya...jadi perhatian kok,monyet-monyet.Pun nih kera-kera juga bisa bergaya loh.Malah ada sepasang yang sok mesraaa banget.Paling nggak,bisa bikin aku tersenyum lebar.Sekaligus jadi objek Nikon D3000 ku.Huff...damai sekali mereka.

 
           Tugu Kilometer Nol Indonesia ini,posisinya berada di Pulau Weh,Kota Sabang,Aceh Nanggroe Darussalam (NAD),25 km ke arah Barat dari Kota Sabang.Kota Sabang merupakan salah satu kotamadya dari Provinsi Aceh.Letaknya di ujung Pulau Sumatera dengan Pulau Weh sebagai pulau utama yang terbesar di pisahkan Selat Benggala dengan daratan Aceh.Kota Sabang juga wilayah paling Barat dari zona teritorial Republik Indonesia,ada dua kecamatan yakni,Sukakarya dan Sukajaya,dikelilingi empat pulau kecil,yaitu Klah,Pulau Rubiah,Pulau Seulako dan Pulau Rondo.Pulau Rondo ini pulau terluar atau pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan India dan Thailand.
          Tugu yang merupakan penanda paling ujung bagian Barat Indonesia,di ujung Pulau Weh,yakni di desa Ujung Ba'u,di bangun tahun 1997.Di resmikan oleh Wakil Presiden RI Try Sutrisno di Banda Aceh pada tanggal 9 September 1997.Ketika itu Wapres Try Sutrisno tidak berani datang langsung ke Sabang dan pergi ke lokasi Kilometer Nol.Hmm...iyalah wong di jaman canggih begini pun tuh kawasan masih sunyiii banget.Pernyataan ini juga tercantum di salah satu dinding Tugu di bagian dalam.Persegi empat dengan latar hitam.Ditandatangani Bapak Try Sutrisno.Untuk mengisi acara peresmian Tugu Kilometer Nol juga di selenggarakan Jambore Iptek di Pantai Gapang.Di mana turut hadir pula Menristek Prof.Dr.Ing.BJ.Habibie dan Gubernur DISTA (kala itu : Daerah Istimewa Aceh) Prof.Dr.Syamsuddin Mahmud.
 
          Jika kita melangkahkan kaki,tidak jauh dari warung akan tampaklah pamflet bertuliskan Tugu Kilometer Nol Indonesia atau The Monument of Zero Kilometer of Indonesia.Lalu ada bangunan bertiang jarang-jarang beratap beton menuju tangga tugu.Bangunan berbahan semen tempat tergantung pamflet itu,di apit pohon cukup tinggi.Kemudian ada anak tangga di apit pegangan tangga dari semen juga,menuju ke atas,berkeramik biru.Anak tangga pertama lebih kurang berjumlah 11.Anak tangga ke dua lebih kurang berjumlah 8 dan anak tangga terakhir lebih kurang berjumlah 5.Yang terakhir ini,anak tangganya berkeramik putih.Di penghujung tangga terlihatlah prasasti bertuliskan letak posisi geografis Kilometer Nol Indonesia Sabang.
          Tugu Kilometer RI yang akrab di katakan Monumen Kilometer Nol,letak geografisnya berada pada 05 derajat 54' 21.42" LU dan 95 derajat 13' 00.50'' BT.Tinggi 43.6 Meter (MSL).Data ini juga dapat kita lihat bila kita berkunjung ke sana.Tertera di atas prasasti keramik biru dengan dasar hitam.Ada juga tertulis pada prasasti berkeramik putih dengan dasar yang sama,yakni hitam.Hanya saja di prasasti berkeramik putih berjudul Posisi Geografis Stasiun GPS KM 0 Indonesia Sabang.
          Monumen Kilometer Nol di bangun di ujung tebing setinggi 22,5 meter,mengarah ke Samudera Hindia.Kilometer Nol memiliki simbol Burung Garuda,terletak di ujung puncak Tugu.Tugu yang di dominasi keramik putih juga menampung tanda tangan para artis atau orang-orang beken atau turis yang datang berkunjung.Ops...tapi tentu saja tempatnya khusus loh,berupa undakan batu bersemen yang terletak di samping Tugu,tidak jauh dari bangunan Kilometer Nol itu sendiri.Salah satunya ada tanda tangan SLANK tuh.
 





          
          Puas memandang dan bergaya abis,atau sekedar mengabadikan foto sebagai oleh-oleh ,aku dan Die keluar.Menuju ke kiri dari Tugu Kilometer,menemukan kejutan dari alam.Yuhuiii...panorama alami Samudera Hindia dan samar bayang Pulau Breueh.Bentangan membiru muda menggoda mata,berpadu semburat-semburat bentukan awan putih di langit yang masih membiru bening.Di kelilingi hijau tumbuhan liar dan pohonan.Die saking takjubnya merekam fenomena itu dengan handycam seraya bernyanyi memuji keelokan alam Indonesia.Aku cukup dengan khasku,nyengir...
          Begitupun tersirat kecewa.Bagaimana tidak.Bangunan yang di resmikan Wakil Presiden tersebut terlihat kumuh.Kotor dengan serakan daunan kering yang bertumpuk.Juga coretan-coretan atau vandalisme pada prasasti yang tertulis letak geografis Kilometer Nol.Pun dinding yang tercantum tanda tangan dan nama Bapak Try Sutrisno menjadi korban grafiti pengunjung.Sungguh tidak beretika ya!
          Sebelum kaki melangkah,kami kembali ke warung.Melihat souvenir khas Tugu yang bisa di beli.Sekalian menanyakan apakah di situ kami bisa mendapatkan sertifikat Kilometer Nol.Souvenir sih ada tuh.Hanya saja untuk sertifikat keburu habis.Karena pengen memiliki kami bela-belain menuju kota.Mengunjungi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang dengan membayar Rp.15.000.Sesuai informasi dari si abang penjual warung.Mengesankan loh.Sampe muter-muter keliling kota.Karena nggak ngerti arah kota yang banyak satu arah.Pukul 11.30 wib,kami berhasil juga menemukan kantornya.Yang berada di jalan Diponegoro no.2.Aku dan Die malah sempat-sempatnya foto-foto dan gaya di ruangan bagian depan tuh kantor.Yah...daripada bengong menanti giliran untuk mendapatkan pelayanan mendapatkan sertifikat,nggak salah kan jepret-jepret ala Nikon D3000 ku.Wuiiih...
          Sebenarnya sih,Kilometer Nol yang asli,terletak sekitar 7 km dari Monumen Kilometer Nol yang sekarang ini.Sesuai fakta yang ada,dulunya areal itu merupakan titik Monumen Kilometer Nol.Tetapi di pindahkan ke lokasinya yang ada kini,sebagai hasil survei geografis yang lebih baik dan menyeluruh.
          Jika sahabat sudah pernah ke Sabang namun belum mampir ke Tugu Kilometer Nol,maka perjalanan kalian belum lengkap deh.So,jangan ngaku keliling Sabang kalau belum menapak jejak ke bangunan hasil karya Indonesia ini,Tugu penanda ujung paling Barat Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar