Sabtu, 07 April 2012

Hamparan Hijau Daun Teh Sidamanik

                                            
     Sekitar pukul 12.00 wib,kami bergerak meninggalkan pesona Danau Toba.Menuju hamparan hijau Kebun Teh Sidamanik,Pematang Siantar.Ketika dalam perjalanan kembali menuju Siantar,kami sempatkan mengambil gambar burung-burung Bangau yang ramai beterbangan.Ada yang bertengger di Pinus.Sebagian berdiri anggun di keramba milik rakyat.Kepak-kepak mereka yang putih,menambah indah panorama danau yang membiru luas.
     Kami juga mengabadikan Batu Gantung dari pinggir Jalan Parapat.Ternyata ada juga pengunjung yang mengikuti jejak kami.Mereka adalah seorang cowok dengan Nikon D3000 dan seorang cewek berkulit putih,berjilbab,menggunakan HPnya berusaha mengambil nuansa Batu Gantung.Sampai-sampai mereka menerobos semak-semak yang terdapat di pinggir jalan.Sementara aku,cukup mengambil foto juga dengan Nikon D3000 dari atas Mio biru Eka.Foto-foto itu,yah,lumayan oke.Paling tidak bisa jadi koleksi pribadiku.Jika kami bersepeda motor mereka nyaman di dalam mobil.Seperti sedan tuh...
     Ketika di perjalanan ini,kami sempat mengalami peristiwa yang tidak terduga dan bukan sesuatu yang diharapkan kehadirannya.Apakah itu?Tiba-tiba saja ban sepeda motor Eka kempes.Aku yang semula berada di boncengan Eka,harus pindah ke boncengan Tokek.Dengan harapan bannya bisa bertahan sampai kami nantinya menemukan tukang tambal ban.Mau tidak mau kamipun melanjutkan perjalanan juga.Hanya saja laju motor melambat.Hingga ketika kami berhenti di suatu tempat,kami memperhatikan ban tersebut.Kami melihat sebuah benda kecil putih menyolok di tengah lingkar ban.Benda itu,sebuah paku yang berhasil menancap di ban tersebut.Hingga,Eka sendiri yang mencabutnya.
     Masih tetap melanjutkan perjalanan.Dengan keuntungan aku bisa mengambil foto tanpa motor harus berhenti.Untuk menghibur diri,menghambat bosan,aku terkadang mengambil foto barisan kopi yang tumbuh di tepi jalanan.Apalagi kumpulan pohonan tersebut sedang berhias buahnya.Ada yang menghijau diselingi buah yang berwarna merah.Semua berpadu indah menyeka waktu yang sedikit tidak mengenakkan kami.Memberi kesan harmoni diantara latar awan putih dan langit yang membiru.Masih juga pinggiran danau turut menghiasi.Kadang kami menemukan bukit yang terpisah,diselingi air.Tentu saja masih menghijau.Eka menyampaikan padaku kalau itu adalah Tanjung Unta.
     Dalam perjalanan kami sempat meminjam pompa pada penduduk setempat.Lalu dengan konyolnya kami mengebut.Namun kembali keadaan saat itu lebih menang.Ban motor Eka kembali kempes.Yah...lumayan jauh juga kami melewati jalanan sampai menemukan tambal ban motor.Sebuah tambal ban yang berada di sebuah perkampungan sederhana.Berada di sisi kanan jika kita berada dalam posisi menuju Siantar.Di samping kanan sebuah kedai pula.Sepertinya kedai rakyat biasa.Kedai itu terbuat dari kayu.Selain menjual penganan kecil jajanan anak-anak juga menyediakan tuak.
     Di dalamnya duduklah beberapa orang berusia lanjut.Khususnya lelaki.Meski sudah lanjut usia,seperti opung namun mereka masih kelihatan kuat.Asyik bercerita dengan semangat.Sayangnya,aku tidak tahu apa yang sedang mereka perbincangkan.Karena mereka berdialog dengan menggunakan bahasa daerah setempat.Sempat aku menyelutuk pelan hampir berbisik kepada Tokek untuk mengartikan apa kira-kira perbincangan mereka.Sayangnya lagi,Tokekpun tidak mengerti.Dan aku semakin terpana,ternyata Tokek asli Jawa yang lama menetap di Siantar.Aku sempat ungkapkan,aku tidak yakin jika dia suku Jawa karena wajahnya persis suku setempat.
   Tokek hanya tersenyum tipis.Sepertinya dia sedang berkutat dengan kantuk.Terlihat juga dari kelakuannya,dia merebahkan separuh badan dan wajah ke meja.Dengan posisi tengkurap.Mencium meja loh.Hingga...
Akhirnya muncullah dua orang bocah cilik.Mereka pun menambal ban motor Eka.Setelah sebelumnya seorang bapak tua memanggil mereka dan berbicara dengan bahasa daerah setempat.Meski panas cukup terik,aku ikut jongkok lalu memperhatikan  kerja mereka.Lumayan cekatan juga.Bayangkan bocah seusia anak SD,sudah memiliki keterampilan dan bisa mendatangkan uang dengan hasil kerja mereka itu.Aku larut memperhatikan cara kerja mereka,mulai dari mengeluarkan ban dari lingkar,memompa untuk meredamnya di air yang disediakan di sebuah ember plastik hitam lumayan lebar,menemukan lubang penyebab bocor,menutupnya dengan kayu seperti lidi,hingga menambalnya.Setelah itu menjemur dan menunggu ban merekat kembali.
     Menunggu itu,aku kembali asyik mengambil foto dengan Nikon D3000 ku.Lagi-lagi aku kagum pada ornamen awan-awan  yang bergerombol.Unik.Aku pun mengambil pesonanya beberapa kali.Juga buah kopi yang gemuk dan berwarna hijau.Menggantung penuh di ranting-ranting pohonnya.Tokek mengatakan padaku jika itu merupakan kebun rakyat setempat.Memang barisan pohonan itu tumbuh rapi di pekarangan penduduk.Setelah ban selesai di tambal kamipun bergerak.Aku kembali berada di boncengan Mio biru Eka.
                                                                                  ###
     PTP.Nusantara IV (Persero) Kebun Teh TobaSari Hak Guna Usaha No.SK 39/HGU/DA/86.Masa berlaku 31-07-1986 s/d 31-12-2011.Begitu isi plang yang ku baca tepat di depanku.Ketika kami mulai memasuki areal perkebunan dan berhenti sesaat.Tampaklah sepanjang mata memandang hamparan hijaunya.Memukau mata ini.Apalagi langit masih mengulurkan biru dengan awan-awannya."Padanan yang romantis,"bisikku.Tidak berapa jauh dari plang aku juga melihat tulisan yang sama.Hanya saja plangnya beratap rumah adat setempat yaitu Simalungun,beratap ijuk hitam.Menghadap ke jalanan ujung atapnya.
     Kami melanjutkan keinginan menemukan lokasi hamparan teh yang bagus.Aku menurut saja apa mau mereka.Meski aku merasa semua hamparan hijau di mataku sama saja bagusnya.Tiba di lokasi paling akhir,kami pun berhenti.Menikmati suasana.Memanjakan mata menyapa hijaunya hamparan pesona kebun teh.Lagi-lagi yang menyaksikan kami akan iri.Kami kembali menjadi model berlatar panorama alam.Bahkan aku kembali tergelak melihat gaya dan aksi foto Eka maupun Tokek.Jujur saja,aku kalah gaya.Pukul 15.00 wib,batas akhir aku berada di sana.Sampai berjumpa lagi alamku.Kami menuju agenda terakhir,wisata religius bagi pemeluk agama Buddha.Namun aku juga tertarik untuk mengunjunginya.