Sabtu, 01 Desember 2012

Sepenggal Makna Sejarah Dalam Wujud Benteng Ujung Pandang



     


     Masih suasana libur Desember 2007.Akhirnya,aku bisa jalan di sekitar Kota Makassar.Selain hujan yang turun berturut-turut,beberapa hari hingga siang,bahkan sore,pun abang sepupu belum bisa libur dari dinasnya sebagai pengabdi negara di bandara Sultan Hasanuddin.Untuk membuat aman perjalanan sekalian membawa serta ponakan,anak abang sepupu yang sudah libur juga,Bang Yuyun merental mobil temannya.Mobil mereka untuk sementara di jual tuh.Hohoho...jangan-jangan mau ganti model ya.
  Satu harian kami mengunjungi beberapa lokasi yang dianggap ramai di kunjungi pendatang.Setelah puas bercumbu nuansa Pantai Losari,kami singgah ke sebuah benteng,dikenal juga dengan Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam.Kami tiba di sana,hari sudah semakin siang.Namun karena benteng ini masih berada di kawasan Kota Makassar,jadi cukup mudah untuk menuju ke sana.Tepatnya terletak di depan pelabuhan laut Kota Makassar atau di tengah pusat perdagangan sentral kota.Atau di tepi pantai sebelah barat Kota Makassar,Sulawesi Selatan.
   Setelah melapor ke bagian informasi,kami pun di perbolehkan masuk.Hanya saja yang banyak berjalan tuh,aku,Hafidz dan Tasya,ponakan-ponakan imutku.Kami juga didampingi guide,seorang bapak paruh baya.Beliau cukup banyak memberi informasi mengenai keberadaan Benteng Ujung Pandang ini.Kami pun melangkah masuk,melalui pintu dengan bentuk ada yang melengkung bagian atasnya,lalu berlapis lurus dari atas ke bawah.Ukurannya lumayan kecil.Diapit tembok susunan batu bata tanpa ditutup semen.
    Begitu masuk,aku mengambil foto dengan latar,tembok tuanya yang tebal,amat kokoh,pintu kayu,gerendel kuno,kalaupun ada modelnya hmmm,aku mengambil foto Hafidz dan Tasya.Hehehe seumur hidup baru ini bertatap muka loh.Sementara seperti biasa aku banyak mengambil foto kosong atau yah...apa yang berkaitan dengan Benteng Ujung Pandang tanpa ada foto diriku sendiri.Uff...aku jadi ingin menuliskan di sini sepenggal makna sejarah di balik wujud Fort Rotterdam.
   Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam (Jum Pandang) merupakan sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.Tahun 1545,Raja Gowa ke-9,I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna,membangun benteng ini.Ketika masa pemerintahan Raja Gowa ke-14,Sultan Alauddin mengganti konstruksi benteng.Dari berbahan dasar tanah liat menjadi batu padas,bewarna hitam keras yang bersumber dari Pegunungan Karst,di daerah Maros.Bahan baku awal,tembok batu yang di campur tanah liat,di bakar hingga kering.Bangunan di isi rumah panggung khas Gowa kala raja dan keluarga menetap didalamnya.

 

   Benteng Ujung Pandang ini ternyata membentuk pola seekor Penyu yang merangkak ingin turun ke lautan.Hal ini berkaitan dengan filosofi Kerajaan Gowa,jika Penyu bisa hidup di darat dan di laut.Begitu pula,Kerajaan Gowa,berjaya di daratan juga di lautan.     Orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini,Benteng Panyyua,sebuah markas pasukan Katak Kerajaan Gowa.Atau nama asli benteng ini,yakni Benteng Ujung Pandang.Namun Kerajaan Gowa-Tallo,menandatangani perjanjian Bungayya,salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa,menyerahkan benteng ini kepada Belanda.Kehadiran Belanda menguasai kawasan sekitar Banda dan Maluku,menjadikan Belanda memutuskan menaklukkan Gowa supaya armada dagang VOC,mudah masuk dan merapat di sini.
   Sejak 1666,terjadilah perang pertama antara Raja Gowa yang berkuasa di dalam benteng dengan penguasa Belanda,Speelman.Lebih kurang setahun lebih,benteng ini di serang oleh Belanda.Di bantu pasukan sewaan dari Maluku,hingga kekuasaan Raja Gowa berakhir.Hiks...kelihatan ya,politik adu domba tuh Belanda.
    Semua isi benteng hancur porak poranda,rumah raja di dalam benteng di bakar.Kekalahan inilah maka ada perjanjian Bungayya tersebut.Pada tanggal 18 November 1667.Ketika Belanda menduduki benteng ini,Benteng Ujung Pandang di rubah nama menjadi Fort Rotterdam.Disebut begitu karena nama itu merupakan tempat kelahiran Gubernur Jenderal Belanda,Cornelis Speelman di Belanda.Benteng ini pun sempat digunakan Belanda untuk pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian Timur.
   Selanjutnya,Speelman menginginkan menetap di sana,membangun,menata kembali bangunan di area itu untuk disesuaikan dengan kebutuhan serta selera arsitektur Belanda.Bangunan bentuk awal yang mirip persegi panjang kotak dikelilingi lima bastion,berubah menjadi tambahan satu bastion lagi di sisi Barat.
   Di lokasi benteng yang sekarang,pada saat aku datang berkunjung,ada juga ruang tahanan Pangeran Diponegoro.Ruangan ini cukup sempit.Kita tahu kan tentang sejarah penangkapan Pangeran Diponegoro di Jawa ketika tertangkap beliau di buang Belanda.Perang Diponegoro pernah berkobar,antara tahun 1825-1830.Lalu Belanda menggunakan taktik perundingan damai yang diikuti beliau.Tidak tahunya itu cuma  sebagai alat saja untuk menjebak Pangeran Diponegoro.Kemudian menangkap dan beliau di buang ke Manado.
  Tahun 1834,beliau dipindahkan ke Fort Rotterdam,seorang diri ditempatkan di sebuah sel penjara berdinding melengkung sangat kokoh.Di dalam ruangan ini,beliau disediakan sebuah kamar kosong serta kelengkapan kebutuhan hidup lain seperti peralatan sholat,Al Qur'an juga tempat tidur.
Kemudian beliau wafat di Makassar dan dikuburkan di kota ini juga.Akan tetapi ada pula yang berpendapat,jenazah Pangeran Diponegoro tidak dikuburkan di Makassar melainkan dipindahkan oleh Belanda ke lokasi rahasia supaya tidak menyulut api berontak dari pengikut setia beliau di Jawa.
   Aku pun,berfoto dengan latar Museum La Galigo,terpasang pamflet tergantung didepannya,bersama Tasya dan Hafidz.Meminta bantuan Pak Guide kami untuk mengabadikannya.Di kompleks Benteng Ujung Pandang,ada terdapat Museum La Galigo.Didalamnya,banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan.Sebagian besar gedung ini masih utuh tuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
     Kami mengelilingi kompleks depan.Dari melihat gedung tahanan Pangeran Diponegoro yang tak jauh dari situ,ada tanda dengan tulisan Ruang Tahanan P.Diponegoro dengan arah tanda panah.Terpacak.Lalu ada meriam ukuran kecil.Berdiri tugu dengan bentukan kepala hewan ditengahnya.Dengan bingkai persegi.Seperti Singa sih.Hmm...kalau kalian ingin memastikan hewan apa...yah mampir saja deh.Saat aku berada di sana,gedung ini bergenteng merah.Tentu saja banyak gedung berdiri dengan posisi harmonis dan tertata taman.Lumayan indahlah.Diantara pendaran matahari beranjak sore.
   Sementara di bagian depan,di atas pintu masuk,di atas bagiannya yang melengkung kokoh,tertulis Fort Rotterdam.Juga ada plang bertuliskan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.Di bawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.Tercantum juga alamat lokasi di plang tersebut,yakni berada di Jl.Ujung Pandang No.1 Makassar beserta kode pos dan nomor telepon.
   Agak ke sebelah kanan dari plang,jika kita menghadap ke pintu masuk,mata akan memandang sebuah patung Sultan Hasanuddin dengan berkuda.Patung tersebut keseluruhan berbalut putih.Berdiri kokoh di atas bentukan persegi dan hiasan lain.Juga agak ke depan lurus akan terlihat tulisan Fort Rotterdam (Benteng Ujung Pandang) dengan dasar bening mengkilap berbentuk persegi agak memanjang ke bawah,hmmm...tugu imut kali ya.Atau sebagai penanda gitu.Dihiasi baluran hitam di bagian bawahnya dengan persegi melebar,datar,tingkat dua.
    Eh,iya jika kita berada di dalam,meski kesan bangunan klasik menyapa namun bukan berarti berbias seram kok.Karena diantara bangunan tua,aku masih melihat ada sepeda motor abad kini.Terparkir di salah satu depan gedung.Ini disebabkan benteng,bukan sekedar museum cagar budaya saja.Juga dimanfaatkan sebagai kantor instansi negara,seperti yang tertera di plang depan,yaitu Pusat Kebudayaan Makassar.Jadi,di lokasi ini kita akan tetap menjumpai orang-orang selain pengunjung dan gratis masuk kala aku datang berkunjung.
   Rona hari pun makin menjingga.Kami harus beranjak.Tapi cukuplah untuk menambah koleksi foto bertema sejarah Indonesia dan nenek moyang.Memupuk subur rasa cinta,makin menghargai perjuangan para patriot bangsa.Walaupun aku masih belum bisa berbuat apa-apa untuk bukti cinta itu.Selain gurat jemari ini.Sepenggal doa di bias larik senja.Yang Maha Pengampun,tempatkan prajurit bangsa yang gugur dengan kemuliaan surgaMu.Amin.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar