Sabtu, 16 Februari 2013

Renovasi Citra Karya Putra Sang Fajar

 
     Sekitar pukul 14.05 wib,aku menuju kota,Jalan Soeprapto.Masih menggunakan jasa angkutan umum,warna kuning.Tiba diantara suasana kota,aku turun.Lalu berjalan,sesekali memperhatikan keadaan kota baik disisi kiri maupun kanan.Hingga aku menemukan persimpangan di ujung jalan.Ketika diri ini memutar,melewati persimpangan dengan kembali ke arah Soeprapto tanpa sengaja aku membaca sesuatu.Yuuup...aku temukan juga itu.Sebentuk bangunan,cermin religius umat Muslim.Selain karena Zuhur telah memanggilku untuk segera menemuiNya melalui sujud.Aku juga ingin mengambil foto masjid ini.Biasanya disebut Masjid Jamik Bengkulu.Masjid ini,masih berdiri kokoh,rapi,bersih.Tidak akan terlintas tanya kalau ternyata bangunan megah tersebut merupakan masjid tertua di kota Bengkulu.Bahkan pohon yang rindang,berada disisi masjid ini pun berumur ratusan tahun.
     Tentu saja,masjid satu ini,menjadi lebih dikenal orang-orang karena tidak terlepas dengan pamor sosok,seorang bapak pendiri negara Indonesia.Bung Karno yang pernah mengenyam pendidikan insinyur bangunan telah berperan,melakukan pembaharuan masjid tua tersebut.Seusai masa pembuangan beliau tahun 1938,dimulailah peremajaan masjid Jamik.Jangan heran jika masjid ini pun dikenal dengan nama masjid Bung Karno.
     Namun sesungguhnya,masjid ini telah ada sebelum hadirnya Bung Karno,yakni di kelurahan Kampung Bajak,Bengkulu.Aku jadi lebih tahu nih kalau dulunya masjid tersebut,juga pernah berada dekat di lokasi pemakaman Sentot Alibasyah,seorang imam sekaligus sahabat dan panglima perang Pangeran Diponegoro.Kemudian masjid ini dipindahkan ke lokasi,di Jalan Soeprapto,Bengkulu.
     Menurut sejarahnya,masjid Jamik Bengkulu berdiri pada abad ke-18 M.Bangunan ini berdiri masih dengan bentuk,sangat sederhana.Didirikan oleh masyarakat setempat dengan pimpinan Sentot Alibasyah.Beliau lari dari kejaran Belanda ke Bengkulu hingga wafat dan dimakamkan di kelurahan Tengah Padang,kota Bengkulu.Ketika tahun 1930,dengan latar belakang banyaknya pengasingan atau pembuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia,disebabkan kebijakan politik gubernur jenderal Belanda,De Jonge seorang yang dikenal,reaksioner.Perkumpulan dan rapat sama sekali tidak diperkenankan.Bagi yang melanggar,tentu saja sanksinya berupa pengasingan.Soekarno,seorang tokoh pergerakan,ternyata juga ditangkap dan diasingkan Belanda,karena beliau melakukan rapat di Bandung,tahun 1930.
     Sebelumnya,beliau pernah diasingkan di Ende,Flores,kemudian dipindahkan ke Bengkulu,tahun 1938.Dari sinilah,permulaan adanya campur tangan Soekarno pada masjid tua tersebut.Dengan keahlian beliau sebagai insinyur sipil,beliau mengambil tindakan merenovasi masjid tua ini.Sesuai pula kenyataan yang ada jika musim hujan tiba masjid tua ini sering becek dan bocor.Menurut masyarakat setempat,perbaikan masjid Jamik dilaksanakan dengan dana swadaya oleh masyarakat.Bahan material bangunan di ambil dari desa Air Dingin,Rejang Lebong,Bengkulu Utara.Perlu diingat loh,Bung Karno ternyata seorang pendidik juga nih.Hal ini diketahui selama melewati pengasingan di Bengkulu,beliau menggunakan waktu yang ada,mengajar di sekolah Muhammadiyah Bengkulu.Wow...salut!Akan kemampuan beliau,sosok serba bisa.
     Pertama kali didirikan masjid Jamik hanya menggunakan kayu beratap rumbia.Konstruksi bahan masjid seperti itu,wajar saja jika sering bocor lalu becek kalau musim hujan.Lalu,bangunan yang ada saat ini merupakan citra karya Soekarno.Tentu saja terjadi perombakan beberapa bagian bangunan masjid.Begitupun masih ada bagian yang tetap dipertahankan,yaitu dinding dan lantai.Hanya saja dinding tersebut,ditinggikan menjadi 2 meter dan lantainya juga ditinggikan menjadi 30 cm.Sehingga menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
     Bagian yang di rancang ulang oleh Bung Karno sendiri,yakni atap dan tiang masjid.Atap masjid Jamik,rancangan yang baru,berbentuk tiga lapis,melambangkan Iman,Islam,Ihsan.Masjid tersebut juga dihiasi ukiran ayat Al-Qur'an ditandai dengan pahatan berbentuk sulur,bercat kuning emas gading.Masjid Jamik terdiri dari tiga bagian,seperti ruang utama untuk sholat,serambi masjid dan tempat berwudhu.Bangunan utama ini,berukuran 14,65 x 14,65 m,dengan tiga buah pintu masuk.Didalam bangunan utama,akan kita temui mihrab,dengan lebar 1,60 m,panjang 2,50 m.Disisi kanan mihrab terdapat mimbar dengan corak Istanbul.Bagian atapnya tampak dua kubah dari seng aluminium.Jika ingin naik ke atas mimbar,ada empat anak tangga,ketika aku di sana,berupa keramik putih.

 
     Sedangkan di bagian luar banguna utama,dapat dijumpai serambi,berbentuk persegi panjang,ukuran 11,46 x 7,58 m.Di luar serambi,tampak sebuah bedug,berdiameter 80 cm.Bangunan lainnya yang termasuk bagian masjid,terdapat tempat wudhu,berbentuk persegi panjang,ukuran 8,80 x 5,55 m,dengan bahan dari batu biasa dan batu karang.Selayaknya masjid lain yang banyak ditemukan di Indonesia,masjid Jamik pun memiliki halaman cukup luas.Saat ini,halaman masjid telah dilengkapi pagar besi dengan pilar dari batu.Diantara halaman,kita lihat juga beberapa pohon serta tanaman yang rindang,sehingga udara di sekitarnya menjadi sejuk dan segar.
     Masjid yang terletak di kota Bengkulu ini,memiliki relief,perpaduan antara Inggris,Belanda dan paduan budaya Melayu.Hal ini tampak dari tiang yang didirikan tanpa tiang pokok penyangga dengan kubah selayaknya mirip bangunan Tapanuli (Batak).Menurut ingatan warga setempat,masjid Jamik memang sudah mengalami tiga kali renovasi.Sebelum menuju tempat wudhu,aku mengambil foto dengan Canon biru gelapku.Gambar aku ambil dari luar,di depan,samping kiri dan kanan.Tampak ada mobil -mobil diparkir halaman.Memang ini masih waktunya umat Muslim menunaikan shalat Zuhur.
     Didepan,tepatnya sisi kanan aku berdiri,sempat mata ini membaca 'Cagar Budaya Masjid Jamik Bengkulu.Bangunan Masjid Jamik di rancang oleh Bung Karno pada waktu pengasingan di Bengkulu (1938-1942) masuk dalam kategori benda cagar budaya dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1992'.Terpancang,dengan latar putih.Lalu,aku beranjak memasuki tempat wudhu.Uhm...sejuk terasa ketika air membasuh wajah ini.Ketika aku hadir di sana,cuaca cukup panas.
     Usai Zuhur,aku duduk sesaat.Melipat mukena,memasukkan kembali ke daypack Laptop Eigerku.Masih lagi,aku tergoda mengabadikan foto ruang masjid.Aku mengambil suasana teras berlantai keramik putih bersih,berdinding putih dengan dilengkapi pagar besi kecil diantara dinding terbuka dan pintu depan pun dari besi,masih di teras,ada tiang dari kayu didalamnya,langit-langit masjid yang berciri seperti limas,persegi panjang,,berbalut khas coklat mengkilap,tempat tergantung lampu-lampu uniknya.Juga jam-jam besar,model bandul.Berdiri anggun di setiap sudut,dekat mimbar.
     Ketika kakiku melangkah meninggalkan halaman masjid,mataku kembali membaca tulisan yang diapit pagar masjid.Kata-kata itu tersusun sebagai keterangan tentang masjid Jamik,membentuk kalimat-kalimat dibentukan persegi panjang,terbuat dari batu,berlatar hitam.Menyatu dengan pagar.Hanya saja,sayang sekali huruf-hurufnya sudah ada yang hilang.Akhirnya,aku menyeberang jalanan.Seiring tetesan hujan terasa lembut menyapa wajah ini.Tak lama kemudian aku menyetop angkutan kota menuju terminal.Ke hotel Sindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar