Kamis, 18 Oktober 2012

Mengenal Yaki Ingat Tangkoko

 
          4 Januari 2009,pukul 08.54 wita,aku bisa mewujudkan inginku,menyinggahi Tangkoko Taman Wisata Alam yang terletak di Bitung kelurahan Batu Putih Bawah,kecamatan Ranowulu.Kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jasa angkutan kota setempat.Lalu menggunakan motor ojek untuk memasuki kawasan Taman Wisata Alam.Karena belum ada angkutan umum khusus mengantar penumpang ke sana.Cukup jauh juga jalan menuju ke sana,di selingi jalan yang menurun dan berkelok.Dalam perjalanan,aku menyaksikan dua bentuk gunung yang sama,saling berdekatan.Dari Endha aku mendapatkan keterangan bahwa gunung tersebut di kenal dengan Gunung Sudara Bitung.
          Ketika Endha selintas menyinggung keberadaannya aku pun tertarik.Sebelumnya aku telah singgah ke Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Taman Laut Bunaken.Maklum sebagai guru,jatah libur hanya 2 minggu.Dan aku belum terpanggil menjadi PNS dengan rumor,kerja tidak kerja gaji jalan terus.Pada pukul 09.40 wita,aku,Endha dan teman-teman bertemu di pantai Batu Putih,yang kebetulan sedang berkemah.Di antaranya adalah anak-anak Cakalang,sebuah kelompok pencinta alam Bitung.
          Di temani Endha dari KMPA (Kaum Muda Pencinta Alam) Tunas Hijau Manado dan Ahmadi ranger Tangkoko serta temannya,kami pun mendekati sekelompok Yaki dan mengambil foto mereka.Ketika itu kira-kira pukul 12.00 wita.Sebelumnya pukul 11.00 wita kami bergerak dari pantai Batu Putih menuju Beringin di kawasan hutan untuk mengamati Tangkasi.Yaki,istilah latinnya Macaca nigra.Dengan julukan Wolai dari penduduk setempat merupakan endemik Indonesia tepatnya Sulawesi Utara.Daerah persebaran Yaki terdapat mulai dari ujung Timur Laut Sulawesi hingga ke dekat Kotamobagu merupakan keberadaan populasinya yang kian merosot tajam.
          Keistimewaan Yaki adalah kehidupan sebuah kerajaan.Dengan berkelompok antara 5 sampai 10 ekor.Kelompok tersebut biasanya terdiri seekor pejantan untuk kira-kira tiga ekor betina dewasa.Dari penjelasan Ahmadi bila ada lebih dari seekor pejantan dalam suatu kelompok maka jantan tersebut di usir untuk membentuk kelompok baru.Ketika aku lagi asyik memperhatikan kelakuan si aMacaca nigra ini tiba-tiba terdengar lengkingan keras dari rimbunan pohon.Terletak di antara kelompok Yaki berada.Ahmadi remaja pencinta alam yang pernah di undang ke Bogor ini kembali menjelaskan bahwa itu si Yaki yang berada di atas pohon dengan prilaku sebagai pengintai musuh.Jika ada musuh atau tanda-tanda yang mencurigakan maka Yaki ini memberitahu kelompoknya.Wah!
          Seraya memberi keterangan Ahmadi juga menunjukkan prilaku-prilaku Yaki tersebut sehingga fauna ini desebut kelompok hewan seperti membentuk kerajaan.Mau tidak mau aku pun menerima penjelasannya sambil manggut-manggut takjub.Tidak percaya?Silahkan cantumkan agenda jalan ke TWA Tangkoko-Manado kota Bitung.
 
           Selain itu,Yaki ini tidak memiliki ekor selayaknya kebanyakan monyet.Keseluruhan warna rambutnya hitam legam mengkilap dan lebih jabrik dari saudaranya si Macaca arunchal yang bewarna pirang.Hanya pada pantatnya bewarna kemerahan yang disebut inchial callosities.Moncong panjangnya kelihatan menyolok disebabkan tulang pipi menonjol.Pada pejantan dewasa tampak dudukan gigi taring yang bentuknya bagus.Yaki jantan sering memperlihatkannya sebagai pamer senjata.Ada lagi yang khas pada Yaki.Fauna ini memiliki potongan rambut di kepalanya.Seperti jambul (jabrik) yang lumayan panjang.Bermata kemerahan dengan jari tangan dan kaki seperti manusia.Juga mempunyai telinga.Berdasarkan kutipan data dari internet ternyata panjang kepala dan badan Yaki dewasa berkisar antara 4 hingga 11 kg.Uniknya,Yaki betina tidak bisa menyembunyikan hasrat seksualnya pada saat birahi.Hal ini ditandai ketika kulit pantatnya menjadi merah dan membengkak.
 
          Macaca nigra bertahan hidup dengan mengkonsumsi buah.Untuk mendapatkan protein fauna ini menyantap serangga.Namun menu utamanya adalah buah dengan pengertian lebih setengah menu hariannya terdiri dari buah.Buah yang paling di gemari Yaki seperti jenis Beringin (Ficus benjamina,F.caulocarpa,F.drupacea),Rao (Dracontomeolon dao) dan Kananga (Cananga odorata).Di bagian hutan yang lebih bersemak Yaki banyak makan buah sirih (Piper aduncum) dan serangga seperti jangkrik,kumbang.Satu pola jelek dari Yaki,fauna ini di kenal sebagai penjarah tanaman penduduk seperti jagung,pepaya,mangga dan kelapa.
          Menurut keterangan Ahmadi dan Endha populasi Yaki ini terancam punah atau langka.Dari kutipan internet ku baca hal ini di perparah dengan kebiasaan masyarakat di sekitarnya yang suka memburu Yaki.Selain karena ulah buruk Yaki suka menjarah tanaman juga daging Yaki mahal bila di jual di pasar.Atau sebagai peliharaan maupun hiasan rumah penduduk.Sementara hutan yang merupakan rumahnya semakin sempit.Habitatnya menjadi suram.Jika kesadaran masyarakat pemburu dan pemakan daging Yaki tidak berubah maka bisa saja dalam waktu singkat Yaki tinggal legenda.Menghentikan perbuatan tersebut sudah tentu turut membantu konservasi Yaki di habitat aslinya.Bagaimana pula kepedulian pemerintah?Khususnya pemerintah daerah di Sulawesi Utara?
 
          Pukul 18.08 wita,aku dan Endha sampai di terminal Tangkoko Bitung.Kami kembali dengan menumpang jeep masyarakat yang menuju kota.Sebelumnya kami di tawari singgah ke rumah temannya Endha.Ketika sedang menunggu jeep,kami pun duduk di teras rumah.Teman Endha itu,cowok juga sebaya Endha.Kami di suguhi sprite dan aneka macam kue.Kebetulan saat yang ada ketika itu masih bersuasana Tahun Baru bagi pemeluk agama Nasrani.Kali ini,kami ditemani anak-anak kelompok pencinta alam yang juga ingin pulang.Di antaranya Dewi dan Dessy.Bahkan sebelum berpisah Dessy sempat memberi kenang-kenangan untukku berupa gelang dari kayu dengan tulisan Bunaken.Selanjutnya kami mencari souvenir di kota Manado.Berupa kartu pos dan gantungan kunci.Sempat juga kami sambil mencari souvenir seraya memanjakan mata akan hiruk pikuknya suasana di plaza Mega Mall dan Gelael Grande Indotim Swalayan setempat.Tetapi pernak-pernik yang ku cari itu, tidak ada.Jikapun ada harganya selangit.Begitupun ku beli juga satu T-shirt bertulis khas Bunaken di plaza Mega Mall Manado.Di antara bayang kerlip lampu yang menyemarakkan pesona malam di Manado
###
          Usai membeli oleh-oleh berupa souvenir,aku dan Endha kembali ke sekretariat Kaum Muda Pencinta Alam (KMPA) Tunas Hijau yang terletak di Airmadidi.Tentu saja masih membawa sensasi indahnya menghabiskan sisa waktu dari Taman Wisata Alam Tangkoko,untuk kemudian berfoto di kota Manado.Seperti bergaya di Rumah Promosi Industri Kerajinan Sulawesi Utara Depperindag Sulut.Juga berpose di Handicarft Souvenir Shop Indac.Dengan bentukan rumah yang unik.Penuh ornamen khasnya,yaitu ukiran dan patung di depan pintu.Khusus di depan sisi kanan dan kiri bangunan.Uniknya lagi bangunan itu bertangga loh.Dan bangunannya juga terbuat dari kayu.Di Handicarft Souvenir Shop Indac aku malah berfoto ria di antara souvenir yang ada.Yakni kartu pos,hiasan dinding seperti patung,topeng berbahan kayu,topi anyaman dan T-shirt.Seolah-olah turis yang lagi asyik memilih-milih benda apa yang mau di beli.Itu pun karena ide Endha,bahkan bisa di katakan dia mengambil fotoku tanpa setahu diri ini.Walau memang kameranya milikku sendiri.
          5 Januari 2009,pukul 05.54 wita,aku pun kembali ke sekretariat Tarantula Fakultas Universitas Negeri Gorontalo.Tempat bermalamku selama di Gorontalo.Masih Endha mengantarkan aku ke terminal Tangkoko Bitung.Lagi-lagi ditemani deru motornya yang melaju kencang.Dengan alasan takutnya kami bakalan ketinggalan bis.Kali ini,ada Wati dan boyfriendnya.Aku dan Wati tentu saja diboncengan motor.Wati memang tinggal di Gorontalo dan masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo.Syukur kami masih mendapatkan bangku meski harus duduk di bagian belakang bus Veronika dengan harga tiket Rp.88.000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar