Jumat, 22 Februari 2013

Hening Alam Benteng Otanaha

     Desember 2007,liburan semester ganjil,perdana kakiku menjejak di sini.Provinsi ke-32 Indonesia.Selain rasa menggebu,ingin tahu bagaimana suasana Gorontalo,juga menepati janji mengantar buku karya kami pada sahabat out door,Lheo Pulubuhu.Meski Kisahku,Kisahmu,Kisah Kita,masih cetak pribadi,paling tidak,lumayanlah sebagai usaha mewujudkan sebentuk karya.Khususnya menulis.Nah loh,siapa bilang anak pencinta alam tidak doyan menulis?Via sms,ia kerap bercerita tentang Gorontalo,sempat meminta aku hadir di sana.Huaaah...aku pun terjerat,terperangkap tebaran kata-katanya.Habis,kalau aku mau pamer tentang Lubuk Pakam kepadanya,apa pula yang mau dibanggakan ya.
     Yup,setelah beberapa hari di Makassar,aku pun pamit ke bang Yuyun,abang sepupuku paling cakep tuh,hehehe...menuju Gorontalo.Aku ngerti loh,abangku itu keberatan melepasku seorang diri.Karena aku sedang sakit.Aku sih cuek saja,belum berminat berobat.Palingan cuma demam,"batinku.Juga sebagai alasan klise pada bang Yuyun.Maklum ini juga perdana aku merasakan naik pesawat terbang,rute terjauh,pake edisi transit.Ku pikir pun karena dikit kaget saja,mengalami perjalanan panjang untuk pertama kali.Sendiri.
     Untuk tidak merepotkan abang,aku pengen ke Gorontalo,cukup naik bus saja.Meski abang bilang jalan menuju ke sana sunyi pun jalanan masih dikelilingi hutan.Apalagi kanan kiri juga terdapat jurang.Namun aku kukuh,ingin ke Gorontalo,naik bus saja.Meski jurang,berkelok sekalipun,apa susahnya bagiku?Bahkan gunung saja ku daki,mencoba menjadikan bentang alam apapun sebagai sahabatku.Aku kan anak pencinta alam.Hehehe...nggak sombong loh.
     Dan,aku sangat terharu.Apalagi mbak Emi,menunjukkan bukti cintanya padaku.Mbakku yang imut-imut ini,bolak-balik menelepon temannya,menanyakan bagaimana bila kita ingin ke Gorontalo.Khususnya naik bus apa.Aku memandang semua itu dengan senyum nyengir,artinya bahagia sekaligus nyeri menahan sakit di tubuh.Anehnya sakit itu makin menjadi ketika tiba di Makassar.Semalaman di Tangerang,menginap di rumah Uwak,aku masih sehat.Hitung-hitung menginap gratis,mengingat aku harus transit menuju Makassar.
     Esoknya,29 Desember 2007,aku diantar bang Yuyun,berboncengan motor ke terminal Makassar Metro di jalan Kapasa Raya no.33 Makassar.Hmm...ketika masuk ke terminal abang pun menerima sepotong kertas tarif sewa dan jasa penggunaan ruang tunggu.Lalu mencari loket bus tujuan Gorontalo.Lumayan lama juga,selesailah sudah.Aku akan berangkat ke Gorontalo siang ini dengan bus Vernando.Harganya sih Rp.200.000.Setelah aku tanya kapan kira-kira tiba di tujuan,sang juru tulis,menyampaikan perjalanan ditempuh bisa tiga hari.Sebelum berangkat,semalamnya aku telah mengabari Lheo via HP,jika aku jadi menuju Gorontalo.
     Benarlah adanya.Selama perjalanan sunyi banget.Baik sepi penumpang maupun selama dijalanan.Suasana hutan masih melingkupi kawasan yang kami tempuh.Ternyata orang-orang lebih suka naik pesawat kalau ingin ke Gorontalo,Manado atau bagian Sulawesi lainnya.Hanya barang-barang saja,mereka menggunakan jasa bus.Jadi jangan heran,sebagian isi bus pun banyak aneka barang.Dari benda elektronika ataupun lainnya.Hohoho...jikapun ada sedikit kebisingan,itu disebabkan batuk berkepanjanganku,seiring srat-srot suara ingus di hidung.Syukurlah penumpang-penumpang yang lain tidak ada,menunjukkan sikap marah atau merasa terganggu dengan diri ini.
     Tepat tengah malam,Tahun Baru 2008,aku pun menapakkan kaki di Gorontalo.Disambut semarak dan meriahnya kembang api.Aku pun bertemu Lheo sesuai janji,di jemput di lokasi aku menunggu,menuju kost-an temannya,tentu saja cewek loh.Numpang tidur di sini,meski tak layak dikatakan tidur karena aku makin keseringan batuk berdahak.
     2 Januari 2008,kurang lebih pukul 10.00 pagi ala wita,aku pun jalan-jalan,berboncengan dengan Lheo.Mengitari beberapa tempat di Gorontalo.Salah satunya,menikmati pesona wisata sejarah Benteng Otanaha.Yang berlokasi di kelurahan  Dembe I,kecamatan Kota Barat,Gorontalo.Selama perjalanan,sesekali aku minta berhenti,mengambil foto.Yup...serunya,jalan-jalan dengan motor,ya ini,bisa puas memandang ke mana mau sang mata dan hati.
 

      Benteng Otanaha berdiri sahaja di atas bukit loh,memiliki 4 buah  tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak hingga ke area benteng.Eh,iya.Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan.Dimana dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga,ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga,ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga dan ke persinggahan IV mempunyai 89 anak tangga.Sementara ke lokasi benteng terdapat 71 anak tangga,jadi jumlah keseluruhan anak tangga 348.Anak tangga ini,tangga naik.Anak tangga tersebut terbuat dari batu bersemen.Meski masih kelihatan semen kasar.
     Menurut sejarah pembangunan benteng,sekitar abad ke-15,orang menduga,sebagian besar daratan Gorontalo,yaitu air laut.Masa itu,Kerajaan Gorontalo dengan pemerintahan Raja Ilato atau Matolodulakiki dan permaisurinya Tilangohula (1505-1585).Mereka dikaruniai 3 keturunan,yaitu Ndoba (wanita),Tiliaya (wanita) dan Naha (pria).Ketika remaja,Naha melanglang buana ke negeri seberang.Sementara Ndoba dan Tiliaya tetap tinggal di kawasan kerajaan.
     Pada suatu ketika,sebuah kapal layar Portugis singgah di Pelabuhan Gorontalo.Disebabkan kehabisan bahan makanan,pengaruh cuaca buruk dan gangguan bajak laut,merekapun menghadap Raja Ilato.Pertemuan itu,menghasilkan suatu kesepakatan,untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri akan di bangun atau didirikan 3 buah benteng di atas perbukitan kelurahan Dembe,kecamatan Kota Barat yang sekarang ini,yaitu pada tahun 1525 tersebut.
     Ternyata para nakhoda Portugis cuma memanfaatkan pasukan Ndoba dan Tiliaya kala ingin menghalau bajak laut yang sering mengusik kehidupan nelayan di pantai.Semua rakyat maupun pasukan Ndoba dan Tiliaya yang diperkukuh 4 Apitalau,bangkit lalu mendesak bangsa Portugis untuk secepatnya menjauh dari daratan Gorontalo.Para nakhoda Portugis pun segera meninggalkan Pelabuhan Gorontalo.Ndoba dan Tiliaya tampil selayaknya dua tokoh wanita pejuang pada saat itu.Merekapun menyiagakan penduduk di sekitar untuk menangkis serangan musuh dan kemungkinan perang yang bakal terjadi.
     Pasukan Ndoba dan Tiliaya,diperkokoh lagi dengan angkatan laut yang di pandu oleh para Apitalau atau "kapten laut",seperti Apitalau Lakoro,Apitalau Layona,Apitalau Lakadjo serta Apitalau Djailani.Sekitar tahun 1585,Naha menemukan kembali ke-3 benteng tersebut.Ia menikahi seorang wanita bernama Ohihiya.Dari perkawinan mereka,lahirlah 2 putra,Paha (Pahu) dan Limonu.Ketika itu terjadi perang melawan Hemuto atau pimpinan golongan transmigran.Serangan itu berlangsung menggunakan rute Utara.Naha dan Paha gugur ketika melawan Hemuto.Limonu balas dendam dengan kematian ayah juga kakaknya.Naha,Ohihiya,Paha dan Limonu telah mempergunakan ke-3 benteng itu sebagai pusat kekuatan pertahanan.
     Dari latar belakang peristiwa tersebut,maka ke-3 benteng yang dimaksud,diabadikanlah dengan nama,yakni:
Pertama,Otanaha.Ota artinya benteng.Naha,orang yang menemukan benteng itu.Otanaha berarti benteng yang ditemukan oleh Naha.
Kedua,Otahiya.Ota artinya benteng.Hiya akronim dari kata Ohihiya,istri Naha.Otahiya,mengandung arti benteng milik Ohihiya.
Ketiga,Ulupahu.Ulu akronim dari kata Uwole,artinya milik dari Pahu,putra Naha. 
     Benteng Otanaha,Otahiya dan Ulupahu didirikan sekitar tahun 1522,diprakarsai Raja Ilato serta para nakhoda Portugis.Benteng ini memiliki diameter sekitar 20 m dan tinggi 7 m.Begitulah sejarah dari Benteng Otanaha ini.Walau aku dalam keadaan sakit,aku berhasil juga mencapai bukit.Menyaksikan pemandangan dibawahnya,variasi pohonan lebat tumbuh subur nan hijau.Berpadu latar langit biru terang dan samar bukit lain.Segerombolan ada awan-awan putih menghiasi sudut langit.Juga pantulan tenang kebiruan Danau Limboto yang sayangnya dipenuhi Eceng Gondok.Apakah ini sengaja dibudidayakan untuk menyurutkan air atau memang tuh Eceng Gondok demen berhabitat di sana aku tidak tahu pasti.Namun ketika ku tanyakan hal itu ke Lheo,ia memberi jawaban bahwa hadirnya itu bukan karena unsur sengaja.Malah sudah pernah dilakukan operasi massa untuk memusnahkan tanaman ini.
     Seingatku,Eceng Gondok merupakan tanaman yang doyan menghisap air.Jadi bisa saja kawasan perairan akan menjadi kering jika sudah dipenuhi Eceng Gondok.Begitu juga dituturkan Lheo,kalau debit air di Danau Limboto semakin surut sejak adanya Eceng Gondok ini.Aku juga berkeliling didalam benteng.Masuk ke lorong-lorongnya.Menyentuh bentuknya.Tak ketinggalan mengambil foto seada oleh-oleh.Ketika aku sedang di sana suasana lagi sepi banget.Hening mendominasi jiwa.Seiring sesekali semilir angin menyapa kulit.Jadi,aku puas bisa menikmati semua.Meski masih dengan paras cengar-cengir,menahan rasa.Paling tidak,tunai sudah janji hati,membawa sebahagian buku kami untuk Lheo.Walaupun harus di bayar dengan sakit ini.Kaget ngkali.Hehehe...
     Membaca kisah kakaknya,almarhum Vendi Age ketika sedang bertugas di Lhok Nga.Ternyata turut menjadi korban bencana nasional Tsunami kemarin di Banda Aceh.Hiks...
Beranjak matahari mulai garang unjuk diri,kami pun meninggalkan lokasi.Menuruni anak tangga demi anak tangga."Terserah saja Lhe,mau di bawa ke mana.Hhh...dasar."