Selasa, 11 Desember 2012

Terjerat Melawat Rumah Pengasingan Bung Karno

   
      
     07 Januari 2012,pukul 12.27 wib,sayup adzan Zuhur pun mulai terdengar.Seiring kakiku melangkah memasuki halaman rumah pengasingan Bung Karno.Tepatnya di Jl.Soekarno-Hatta,Anggut,Kota Bengkulu.Rumah pengasingan Bung Karno ini terletak di pusat kota,tidak jauh dari Kantor Walikota Bengkulu.Lokasi tersebut sekitar 1,6 km dari Benteng Malborough dengan koordinat 0,3 derajat 47' 85,1'' LS dan 102 derajat  15' 41,7'' BT.Pada ketinggian 64 m di atas permukaan air laut.
   Sebelum melanjutkan langkah,aku memegang Canon Digital Biru gelapku.Merekam batu persegi panjang,panjang dari kiri ke kanan di topang kaki seperti tiang,benda tersebut mencantumkan "Rumah Kediaman Bung Karno Pada Waktu Pengasingan Di Bengkulu 1938-1942." Halamannya memang cukup luas,ada yang berhias rumput hijau muda,rapi,ditandai tiang Sang Merah Putih,berkibar di goda sang angin.Sebagian ditandai adanya keberadaan tanaman hias.Di tata seindah dan seasri mungkin.
     Aku melanjutkan langkah,menuju jalan lalu pintu rumah.Perlu beberapa menit untuk ke sana.Rumah ini di bangun dari awal abad ke-20,tampak berbentuk persegi panjang.Bangunan ini tidak berkaki dengan dindingnya,polos.Pintu masuk utama dengan bentuk jendela berdaun ganda,model persegi panjang,panjang dari atas ke bawah,ventilasinya terlihat kisi-kisi berhias.Rumah berhalaman cukup luas ini,unik dengan atapnya berbentuk limas.Luas bangunan rumah 162 m2,berukuran 9x18 m.
   Di depan teras ada petugas,meminta kita membayar distribusi,meski aku tidak menerima bukti pembayarannya.Entah itu berupa tiket atau kuitansi.Hmm...aku mengeluarkan 2000 rupiah dari Eiger kulitku.Begitu juga,ongkos angkutan,menuju ke sana dari kota,kebetulan aku menginap di Hotel Sindu di kota,hanya 2000 rupiah.
  

  Mengingat sekilas tentang sejarah Indonesia nih.Ketika berada di masa memperjuangkan kemerdekaan,Bung Karno pernah diasingkan di Bengkulu,tahun 1938 hingga 1942.Kediaman Bung Karno,kini menjadi salah satu ikon wisata historis di Bengkulu.Beberapa peninggalan beliau seperti buku-buku,sepeda,tempat tidur dan foto-foto semasa perjuangan beliau telah menjadi objek wisata sejarah.
     Rumah pengasingan ini,mulanya merupakan tempat kediaman orang Cina,bernama Tan Eng Cian.Seorang pengusaha yang menyuplai bahan pokok untuk kebutuhan pemerintahan kolonial.
Setelah membayar biaya masuk,aku langsung menuju ruang paling depan.Aku melihat ada seperangkat kursi dari kayu,coklat,model sandaran lurus,petak.Sepertinya,sandaran terbuat dari anyaman rotan.Kursi tersebut berjumlah 4 buah,meja 1.Sedangkan mejanya bundar,kayu penuh.Dibatasi barisan kayu-kayu,berlekuk ujung,pangkal menyerupai kotak sesuai letak seperangkat kursi tersebut.
    Disertai pintu,disalah satu sisi,pintu masuk untuk para tugas agar bisa membersihkan ngkali ya.Lalu terbacalah oleh mataku di atas meja "Kursi yang pernah digunakan Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu 1938-1942." Didinding ruang depan juga tergantung foto-foto Bung Karno dengan para sahabat maupun keluarga beliau.Foto-foto tersebut,di beri keterangan dibawahnya dengan kertas.Tampak foto-foto itu sudah mulai usang,menua.Berhias bingkai,juga sangat sederhana.Pun ada sebuah lemari kaca berisi buku-buku.
     Aku masih berjalan lurus,ada sebuah pintu.Didalamnya terdapat tempat tidur besi,hitam buatan tempo dulu.Ada tulisan "Tempat tidur yang pernah digunakan oleh keluarga Bung Karno." Terpajang di kertas putih.Tulisan itu ada diantara lekukan hiasan kepala tempat tidur.Lalu aku juga mendapatkan ruangan dengan tulisan  "Kamar Sukarti,Ratna Juami,Fatmawati.Berbelok kanan sedikit dari ruang depan tadi,aku memasuki sebuah kamar lagi.Kamar ini,dilengkapi meja hias,dari kayu,coklat,model dulu kala.Juga,aku menyaksikan lemari kaca dari kayu,coklat,berisi baju-baju dan alat pentas tonil beliau.Masih ditemani foto-foto Bung Karno.
       

     Ku langkahkan lagi kaki,setelah puas melihat-lihat dan mengambil foto.Maju ke depan.Ini,yang ku buktikan kebenarannya.Yup!Masih ada,banyak pun buku-buku tua milik Bung Karno dulu.Tertata sih di dalam lemari kaca,model rak.Berwarna coklat.Namun juga,terlihat masih terabaikan.Banyak  yang tidak bersampul..Buku-buku itu,sempat ku intip,judul-judulnya masih menggunakan bahasa asing,bisa jadi salah satunya bahasa Belanda.
     Di ruang ini,sepertinya dulu digunakan sebagai kamar Bung Karno pula.Karena ada keterangan tergantung di dinding berbingkai kayu "Kamar TidurBung Karno." Aku pun melihat lemari lain,berbentuk lebih besar,seolah bersayap,masih lemari kaca,dari kayu berwarna coklat.Di atasnya ada keterangan "Pakaian perkumpulan sandiwara monte carlo/tonil." Mataku sempat mengintip,ada payung kertas berona krem,baju-baju,warna-warni,pink,hitam,putih,baju-baju itu dibalut plastik,terbungkus rapi.Masih ditemani foto-foto Bung Karno.Foto ketika beliau seorang diri maupun dengan keluarga atau para sahabat.
   Masih ku langkahkan kaki ke depan.Ini ruangan terakhir.Aku masih mendapatkan foto terpasang,berbingkai.Diantaranya foto Bung Karno bersama ayahanda R.Sosrodihardjo.Foto Bung Karno dengan Ibu Inggit Ganarsih,Ratna Djuami (dalam pose berdiri saling mengapit,Bung Karno berada di tengah),A.M.Hanafi,Kartika,R.Soekardi,merupakan keluarga Bung Karno (dalam pose duduk,pria mengapit wanita di tengah).Foto itu,berupa satu foto.Foto surat cinta Bung Karno untuk Fatmawati di Bengkulu,foto Ir.Soekarno bersama Abdul Manaf seorang Agen Panji Islam dan Al-Manaar di Bengkulu tahun 1940 serta foto beliau bersama rekan dan kerabat.
     Di depan pintu,paling atas aku membaca tulisan Ruang Tidur Tamu Bung Karno.Berdiri sebuah sepeda tua,model jaman dulu,sepeda yang pernah digunakan keluarga Bung Karno dalam pengasingan di Bengkulu tahun 1938-1942.Wah,kebayang nggak ya,presiden kita dulunya hanya menggunakan sepeda.Aku juga melihat foto Bung Karno membonceng keluarga atau Ibu Fatmawati dengan menggunakan sepeda.Atau foto ketika beliau sedang berdiri di dekat sepeda.Di ruang ini,didepannya ada jendela,cukup panjang dengan arah dari atas ke bawah,sedang terbuka loh.Hmm...aku melihat keluar melalui jendela yang ada,membayangkan seolah-olah aku,Bung Karno yang lagi merenung,memandang keluar hehehe...Lalu mataku menemukan dinding-dinding didekat jendelanya sudah ada yang keropos.Yah...bukti,bangunan ini mencoba bertahan dari tergerusnya jaman.Aku kembali lagi ke teras dari ruang terakhir dengan pintu saling berhadapan bila kita berdiri di sana.Tetap model daun pintu yang sama loh,yakni pintu ganda.
     
   

     Sehabis mengambil foto rumah tersebut dari depan,aku berjalan ke samping kiri (aku lagi menghadap ke arah rumah).Di sana aku membaca pamflet bertuliskan "Rumah Kediaman Bung Karno Dilindungi Oleh UU No.II Th 2010 Tentang Cagar Budaya." Di depan teras,ada beberapa anak tangga memanjang,terbuat dari semen.Setelah kita menapakinya,sampailah kita di teras belakang.Seperti teras di depan,tempatnya cukup luas.Ketika aku berkunjung ke sini,di teras belakang,ada ibu penjual oleh-oleh Bengkulu berupa souvenir.Dari bentuk gantungan kunci,pin,t-shirt,bingkai foto dan lain sebagainya,berciri khas Bengkulu.
     Di sini juga terdapat seperangkat kursi dari kayu serta mejanya.Satu lemari dua pintu dengan bahan dan warna sama,selayak buatan seperangkat kursi.Di atas lemari terpampang keterangan "Lemari (Kabad) Makan Tempat Bung Karno Menyimpan Ikan Pais dan Bagar Yu." Di dekat ibu penjual souvenir,ada sebuah tempat,berisi potret Bung Karno dan keluarga,sepertinya Ibu Fatmawati dan anak-anak.Yang menarik perhatianku,dibawahnya ada tulisan 'Saya mencintai keluargaku,Tapi saya lebih mencintai Negeriku.Bila saya harus memilih saya pilih kepentingan Negeriku!'Di ujung bawah kanan ada tanda tangan beliau.Wuiiih...kalau aku sih kebalikannya deh Bung.Hehe bagaimana mungkin aku memilih mencintai negeri ini?Hiks...jika kalian perlu dong meniru makna motto beliau ya!!
 
                                      
     Di sisi lain,di halaman belakang aku mendapatkan bangunan memanjang dengan beberapa pintu.Sekitar 5 pintu ngkali.Di ujung salah satu pintu,ada bacaan kamar wc (digunakan ketika pada masa dulu ngkali ya).Setelah menarik napas,karena aku tidak ada istirahat khusus.Kalaupun ada sejalan dengan memandang,membaca atau memotret.Maklum jatah waktu bergantung pada uang,sebab aku sih akhir-akhir ini lebih memilih menginap di hotel daripada rumah teman atau warga.Hehe pengen ngkali.Jika tidak nekat kapan dong ngerasain kayanya Indonesia ini.Apalagi sampai buta sejarah negeri sendiri.Saking minimnya dana,aku membeli oleh-oleh,cuma satu buah gantungan kunci,berbentuk bundar,dibagian depan gambar Bung Karno dan di belakang rumah pengasingan beliau.Akhirnya,aku melangkah keluar,meninggalkan kawasan rumah kediamana Bung Karno,menuju peninggalan sejarah berikutnya,masih berkaitan dengan beliau juga.