Sabtu, 25 Agustus 2012

Desau Angin Pantai Batu Putih

         
              Masih hari yang sama,aku dan teman-teman setempat,mendengarkan debur ombak pantai Batu Putih.Tepatnya usai mengamati Tangkasi di belantara hutan,di rongga kokohnya Beringin Tua.Memandang lekat buih-buih anak ombak,saling berkejaran.Terkadang geraknya menggapai kakiku yang menapak di tepi.Sesekali,aku menghindari,lain waktu aku membiarkan kakiku digelitiki sejuk dinginnya.Seiring bergeser waktu,menuju denyut Zuhur,aku masih betah di tepinya.Hmm...!Mengapa aku ingat waktu telah Zuhur?Karena ada seseorang bapak muda,menanyakan padaku ke mana arah kiblat.Begitu juga anak-anak Cakalang mulai sibuk memasak menu untuk makan siang.Bahkan ada yang memancing,berhasil mendapatkan beberapa ikan cukup besar.Tentu saja,salah satu menu siang di tepi pantai kali ini,ikan bakar.
            Begitupun,aku tidak terlalu banyak mencicipi dagingnya.Hanya sekedar syarat kebersamaan saja tuh.Tidak tahu mengapa.Aku malah lebih doyan menyantap daging ayam daripada ikan atau hewan-hewan yang habitatnya di air.Kalaupun pernah makan,itu artinya emang pengen loh.Selesai menikmati menu yang tersedia,sebagian teman pada mandi.Termasuk Endha dan Dessy.Malah mereka seperti pasangan kekasih saja.Seperti di sinetron remaja yang mengekspresikan kerinduan dengan bercanda di air.Sungguhpun begitu,aku tidak iri deh,hehehe...malah diam-diam aku mengambil foto-foto mereka dengan digital Nikonku.Kini tuh kamera sudah pensiun dari masa pengabdiannya menemani diri ini berpetualang.Istirahat di lemari rahasia,limit koleksiku.Selain foto mereka berdua,aku juga merekam foto teman lainnya,bercumbu air pantai Batu Putih.Aku juga melihat ada seorang cewek bule selayak ibu-ibu ikut mandi di sana.Ada juga karang-karang terdampar di tepi,berserak maupun bertumpuk.Dari bentuk kecil hingga besar.Kebanyakan putih sih dengan latar pasirnya membentang hitam.Yup...pasir pantai Batu Putih hitam lo,halus!
            Dari bincang-bincang diantara kami,Ahmadi menyampaikan di sini dulunya banyak hidup burung Maleo.Bisa dikatakan tepi pantai Batu Putih merupakan habitatnya.Oleh Alfred Russel Wallace,pada tahun 1861,sudah diketahui secara luas kehidupan satwa liar di kawasan Tangkoko.Di wilayah ini,Wallace mengumpulkan spesimen Babirusa dan Maleo,di mana saat itu sangat mudah dijumpai.Ketika itu,pasir hitam di pantai Batu Putih merupakan tempat bersarang dan penetasan telur Maleo.Namun adanya eksploitasi oleh penduduk setempat,koloni Maleo di Pantai Batu Putih tidak lagi di temukan pada tahun 1915.Hanya tersisa sejumlah kecil,di pedalaman.Hmm...kini,jangankan bisa melihat bahkan sudah tidak ada tuh burung Maleo di kawasan cagar alam ini.Sayang sekali ya...Aku kembali lagi,mengambil foto-foto alam di sekitar pesona pantai Batu Putih.Aku sih tidak berniat untuk mandi.Padahal biasanya aku selalu nyebur kalau ada pantai,sungai,kali atau sejenisnya.Saat ini aku cukup merasakan aroma airnya dengan sekedar membasuh kaki dan wajah saja.
        Aku  sempatkan jari jemari ini memilih dan memunguti karang-karang,bertaburan.Sebagai oleh-oleh,pulang ke rumah untuk menambah koleksi karang-karangku dari berbagai pantai di Indonesia yang pernah ku kunjungi.Habisnya,tuh karang-karang mati unik dan indah bila dijadikan hiasan.Bisa dibayangkan tuh,karang mati saja mampu menawan hati pengunjung bagaimana lagi karang atau terumbu karang yang masih hidup,di bawah pantai atau laut sana,ya?Aku yakin bakal menakjubkan!O iya,ada pula seorang teman cewek,tiduran di matras hitam nih.Hohoho...sedang merasakan desau angin,lembut menyapa ngkali ya.Karena diri ini pun merasakan sensasi itu.Diantara lambaian daun-daunan pepohon,tumbuh di sisi tepi.Sementara yang lain masih tetap bercanda di selingi tawa atau alunan gitar,seiring lagu-lagu khasnya para pencinta alam.
      Aku masih berselimut damai ketika kaki ini harus melangkah.Karena begitulah adanya perjalanan.Tercipta pertemuan,pun terulur perpisahan.Meski berharap tergores keajaiban bisa meluruhkan kerinduan,tentu akan selalu menjelma.Untuk pantaiku.